Sehari Sebelum Ulang Tahun di Pasar Loak Padang

Kemarin, tepat pada tanggal 18 Oktober 2025, saya pergi ke Pasar Loak Padang yang terletak di kawasan Pasar Raya Padang. Sudah sekitar tiga tahun saya tidak pernah lagi menginjakkan kaki ke area pasar loak tersebut.

Padahal biasanya setiap hari Sabtu saya rutin pergi ke kawasan Pasar Raya Padang untuk berbelanja kebutuhan dapur seperti ikan segar, tahu, tempe, sayur, tomat, toge, kentang, cabai, dan berbagai bumbu masakan.

Namun karena minggu lalu stok di kulkas masih banyak, saya tidak berbelanja untuk minggu ini. Walaupun rumah saya lebih dekat dengan Pasar Bandar Buat, kebutuhan pokok di Pasar Raya Padang jauh lebih lengkap dan harganya juga lebih terjangkau.

Kali ini saya datang bukan untuk berbelanja kebutuhan pokok, tetapi karena besok adalah hari ulang tahun saya. 

Kantor memberi hadiah berupa uang untuk dibelanjakan, jadi saya berencana membeli alat pel merek BOLDe, merek yang dulu saya beli di Transmart Padang pada tahun 2018.

Sebenarnya alat pel ini juga dijual secara online, tetapi setelah membaca beberapa ulasan dan mempertimbangkan risiko kerusakan selama pengiriman, saya memutuskan untuk membeli langsung di toko cabangnya yang berada di sekitar Blok A Pasar Raya Padang.

Harganya memang sedikit lebih mahal, selisihnya sekitar seratus ribu rupiah, tetapi saya merasa lebih tenang karena bisa memastikan barangnya dalam kondisi baik.

Makan Pagi di Sekitar Pasar Raya Padang

Sebelum lanjut berbelanja, saya mampir untuk makan di Ayam Krek-Krek Kim Golden yang letaknya tepat di depan toko buku Sari Anggrek. Sudah hampir dua bulan saya tidak makan di sana, dan rasanya tetap sama enaknya.

ayam krek krek kim golden
Makan Pagi Menjelang Siang di Kim Golden

Menu ini termasuk favorit saya selain mie ayam Abu dan nasi soto Cik Etek yang berada di area Letter U Pasar Raya. Sebenarnya, saya ingin mencoba rendang di Rumah Makan Selamat Pasar Raya Padang.

Namun lagi-lagi kurang beruntung karena datangnya tidak pas, menunya selalu cepat habis. Ketika saya cek di internet, ternyata rendang Selamat Padang juga tersedia di Shopee.

Kalau nanti belum juga sempat mencicipinya langsung, saya akan coba beli lewat online. Akun Instagramnya bisa dilihat di @rendang.selamat.

Pergi ke Pasar Loak Padang

Setelah makan, saya memutuskan untuk berkunjung sebentar menuju Pasar Loak Padang. Lokasinya berada di lantai dua, dekat kantor cabang Bank BNI, dan masih satu area dengan Padang Theater.

Awalnya saya sempat ragu naik ke atas karena suasananya cukup sepi, tetapi rasa penasaran dan kangen untuk mampir akhirnya membuat saya tetap pergi ke sana. Apalagi lewat jalur tangga di kantor cabang BNI lebih ramai daripada pintu utama masuk Pasar Buku Loak Padang ini. 

Sebenarnya, saya lebih menyukai suasana tenang saat di kamar sendiri. Tapi saat bepergian, saya justru cenderung menghindari tempat yang terlalu sepi, apalagi kalau suasananya terkesan angker, banyak kuburan, atau daerah yang sedang berkonflik.

suasana pasar loak padang pasar raya padang
Suasana Pasar Loak Padang

Kali ini berbeda. Saya ingin bernostalgia dengan masa sekolah dulu sambil merayakan hari kelahiran saya yang jatuh keesokan harinya. Dulu, saya sering datang ke Pasar Loak Padang untuk membeli buku, membaca komik, dan mencari kliping koran untuk tugas sekolah.

toko buku taman bacaan muda nama
Penampakan Toko Buku Taman Bacaan Muda Nama

Di mana saat itu suasana Pasar Buku Loak sangat ramai, berbeda dengan sekarang yang banyak toko tutup. Beberapa kios terlihat tidak ada pembeli yang datang dan hanya menyisakan rak buku yang berdebu.

Mencari Komik di Taman Bacaan Muda Nama

Saat berkeliling, saya berhenti di sebuah toko buku bekas yang masih buka bernama Taman Bacaan Muda Nama. Toko kecil ini penuh dengan mayoritas komik, majalah, dan buku fiksi lama. 

Itulah yang membuat saya tertarik untuk mampir, karena dari luar saja sudah terlihat rak-rak dan pajangan berisi komik.

Beberapa bapak dan ibu penjual toko lain sempat mengajak saya mampir ke tempat mereka, tapi entah kenapa saya justru betah di toko ini. Mungkin saya lebih suka penjual yang tenang  dan tanpa meminta masuk ke tokonya ditambah lagi toko ini penuh pajangan komik.

Sebenarnya, saya tidak menemukan komik yang ingin saya beli. Tapi melihat toko ini cukup sepi, saya merasa kasihan kalau hanya melihat-lihat tanpa membeli. Jadi, saya mencari-cari setiap rak-rak komik yang menurut saya menarik untuk dibaca.

Akhirnya, saya memilih enam komik bekas dari chapter satu sampai enam, karena bernuansa robot karena saya menyukai bau-bau Gundam walaupun bukan tentang Gundam, haha. 

beli komik bekas di pasar loak padang
Beli komik bekas judul Break Blade

Harga totalnya Rp60.000, tetapi karena uang tunai saya hanya Rp56.000, si bapak tetap menerima dengan ramah.

Hari ini saya menemukan kisah tentang toko ini di sebuah artikel berita di situs Langgam.id. Di sana terpajang foto seorang bapak dan tokonya, dan saya langsung mengenalinya. Ternyata itu adalah bapak yang sama dengan yang saya temui kemarin.

Dari artikel tersebut saya baru tahu bahwa nama pemilik toko itu adalah Pak Eri, dan beliau sudah berjualan di pasar loak ini selama lebih dari tiga puluh tahun. 

Rasanya menyenangkan bisa membeli langsung dari beliau sekaligus membawa pulang kenangan kecil dalam bentuk komik bergambar robot yang kini terasa jauh lebih berharga.

Baca Juga: Seharian ke Tempat Wisata di Ho Chi Minh Vietnam

Kenangan dan Harapan untuk Pasar Loak Padang

Setelah selesai membeli komik, saya berjalan santai sambil memperhatikan sekitar menuju toko cabang BOLDe yang terletak di arah Blok A Pasar Raya Padang. Rasanya sayang sekali melihat sebagian besar toko di lantai dua itu sudah tutup.

Saya berharap pemerintah setempat bisa menghidupkan kembali suasana Pasar Loak Pasar Raya Padang seperti dulu. Tempat ini memiliki potensi besar untuk dijadikan pusat buku dan budaya di kota Padang.

Saya teringat saat berkunjung ke Vietnam. Di sana ada bangunan apartemen lama bernama The Café Apartment yang diubah menjadi pusat kafe dan toko-toko kreatif.

Di Indonesia, tempat seperti Blok M dan Pasar Santa di Jakarta juga telah disulap menjadi destinasi kuliner dan seni. 

Mungkin konsep serupa bisa diterapkan di kawasan Pasar Raya Padang agar kembali ramai dan menjadi ruang hidup bagi masyarakat yang mencintai seni, kuliner, serta nuansa nostalgia dari barang-barang lama seperti buku bekas, komik, kaset, dan CD.

Itulah cerita saya kali ini, supaya blog ini tidak kembali berdebu dan sekaligus menjadi pengingat ke mana saja saya pernah pergi. Saya sadar, saya mudah lupa jika tidak menuliskannya sebagai kenangan di blog ini.

Walaupun sebagai karyawan startup yang bekerja secara remote dan lebih sering menghabiskan waktu di kamar dengan pakaian rumahan, setidaknya hati terasa lebih lega setelah berkeliling di pasar loak ini.

Rasanya penat pekerjaan yang tak ada habisnya seolah ikut hilang di antara tumpukan buku yaitu itu komik-komik dan barang-barang lama.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *